Jarum jam tepat menunjukan pukul 10.00. ketika kebulatan tekad kami
mencapai puncaknya. Ya, kami ingin mencari tantangan baru dan wisata yang
berbeda. Gunung Salak yang menjadi alternatif perjalanan kami. Ketika Taman
nasional Gunung Gede Pangrango tutup dengan alasan musim Kemarau.
Pukul 10.30 kami berkumpul di pom bensin Grogol, sambil menunggu
rekan-rekan kami yang belum datang. Perjalanan kami kali ini diawaki oleh 7
orang. Saya Yohanes Lesmana, Desriko, Osmar, Gino. Herlinda, Fena dan Esther.
Sebelum berangkat kami mengecek tekanan angin ban mobil yang akan kami tumpangi
sambil bergantian ke mini market untuk melengkapi perbekalan.
Jam 11.00 kami siap berangkat. Diawali dengan doa, kami buka perjalanan
kami menuju Sukabumi dengan semangat. 2 jam perjalanan yang kami tempuh hingga
sampai ke Cidahu, Sukabumi. Pemandangan yang luar biasa, kicauan burung yang
merdu serta udara sejuk yang menyeringai menyambut kedatangan kami.
Setibanya kami di pos pendakian, kami mengurus administrasi dan tak lupa
mengambil peta jalur pendakian. Per orang kami bayar Rp 7000 untuk retribusi
tanda masuk dan asuransi. Kami titipkan mobil hotel Javanaspa, tak lupa
memberikan uang tip untuk security yang jaga pada saat itu.
“Lewat sini saja, lebih dekat” tuturnya. Sambil menunjuk jalan aspal
khusus milik Hotel Javanaspa. “lebih hemat waktu 30 menit daripada lewat pintu
utama jalur pendakian” tandasnya.
Akhirnya kamipun memtuskan untuk menuju air terjun terlebih dahulu dan
esok hari baru kami tracking ke atas. Perjalanan menuju air terjun tidak begitu
jauh, dari camp III sekitar sekitar 20 menit kami sudah sampai. Medan yang kami
lalui cukup terjal dan licin. Diiringi gemericik suara air terjun yang
terdengar sayup serta suara serangga yang berderik menambah kesenangan sendiri
buat kami.
Gemuruh air terjun semakin terdengar keras, tanda kami semakin dekat
dengan point pencapaian kami pertama. Sekalipun ini bukan air terjun terbesar
di Gunung Salak, ini sudah cukup untuk sekedar merefleksikan kami kalau ciptaan
Tuhan itu benar-benarr luar biasa. Tak lupa mengabadikan foto tentunya.
Sebenarnya perjalanan ini bukanlah perjalanan yang disiapkan untuk
dibuat catatannya. Namun begitu, seseorang yang sudah berani melakukan
perjalanan, sudah seharusnyalah memiliki catatan perjalanan. Bukan untuk
apa-apa, melainkan hanya sebagai cerita seorang kawan kepada kawannya, atau
kepada anak cucunya kelak nanti.
Setelah puas dan mengabadikan gambar, kami naik keatas dan memutuskan
untuk membuka tenda di camp III. Camp terdekat dengan mulut pintu jalur
pendakian. Kami memilih spot ini karena dekat dengan sumber air dan MCK. Siap,
2 tenda kami buka mengawali perjalanan kami yang baru mencapai tahap intro pendakian. Saya dan Gino mulai
memasang tenda, sedangkan teman-teman mulai melakukan tugasnya masing-masing.
Rico dan Osmar berinisiatif mencari kayu untuk dibakar nanti malam, menyusul
Herlinda, Fena dan Esther yang menyiapkan bahan makanan dan peralatan masak.
Haripun semakin larut dan kabut pun mulai turun perlahan seiring dengan udara
dingin.
Segelas kopi dan susu jahe begitu sempurna melengkapi malam itu di
Gunung Salak. Sambil menunggu makanan yang tentu saja menggoda rasa lapar kami.
Menu kami malam itu sungguh special, diracik oleh tangan-tangan yang “kurang
berpengalaman” tetapi menjadi sangat nikmat dan sayang untuk dilewati. Saya rasa
masakan Chief Juna dan Chief Farah Queen pun akan kalah pada malam itu… hehehe.
Dan tak lupa kami mengabadikan gambar disekeliling sebagai dokumentasi kelak.
Matahari pagi mulai terlihat dibalik Gunung Gede Pangrango. Terlihat
jelas dari tempat kami berada, saya pun terbangun mendengar suara Gino yang
sudah bangun lebih dahulu. Indahnya pagi itu, seindah kasih Tuhan yang tidak
pernah luput kepada kami. Hari ini, 16 Agustus 2013, kami putuskan untuk
berjalan menuju Kawah Ratu. Dari Camp III masih diperlukan waktu sekitar 2,5
jam untuk menuju Kawah Ratu. Kawah ini terdiri 3 kawah. Kawah Ratu (paling
besar), Kawah Paeh (kawah mati), Kawah Hurip (kawah hidup). Kawah Ratu termasuk
kawah aktif dan secara berkala mengeluarkan gas berbau belerang. Dianjurkan
agar berhati -hati setibanya di kawasan Kawah Ratu, perhatikan jalan yang
dilalui. Di kiri-kanan tampak letupan -letupan kecil kawah aktif yang bersuhu
sangat panas. Kawah ratu berupa sungai dengan batu-batuan belerang yang
menghasilkan panas, air yang mengalir terasa hangat ada juga yang sangat panas.
Berbekal informasi dari security kami melalui jalan khusus tamu hotel. Menyusuri jalanan beraspal dan pemandangan
yang asri, kami berlabuh di pendopo untuk sekedar beristirahat dan makan siang
disana. Indahnya alam yang diciptakan Tuhan. Setelah makan siang, mengisi
perbekalan air dan tak lupa berfoto kami akhirnya melanjutkan perjalanan menuju
ke kawah ratu. Salah satu spot ternama di Gunung Salak. Jalan yang kami lalui
cukup terjal dan lembab. Tumbuhan-tumbuhan besar berderet rapi menghiasi
keasrian dan juga akar-akar pohon besar yang melintang menutupi jalur
perjalanan kami.
Salah satu
jalur yang sering dipakai oleh pendaki gunung adalah dari Wana Wisata
Cangkuang, Kecamatan Cidahu, kabupaten Sukabumi. Dari tempat ini ada dua jalur
pendakian, yakni jalur lama yang menuju puncak I dan jalur baru yang menuju
Kawah Ratu. Wana Wisata Cangkuang sering digunakan menjadi perkemahan dengan
pemandangan air terjun yang indah dan sering digunakan pendaki menuju ke Kawah
Ratu. Dari jalur ini pula pendaki dapat menuju ke Puncak Salak I. Di pintu
masuk Wana Wisata ini terdapat tempat yang nyaman untuk berkemah, juga terdapat
banyak warung makanan. Dari jalur ini dapat menuju Kawah Ratu, waktu yang
diperlukan adalah sekitar 3-5 jam perjalanan. Sedangkan untuk menuju ke
puncak Gunung Salak I diperlukan sekitar 8 jam perjalanan.
Dari perkemahan
menuju shelter III memiliki jalur awal curam, kemudian lembab dan basah. Pada
musim hujan jalur ini merupakan jalur licin dan curam, perjalanan tertolong
oleh akar-akar pohon. Pada shelter ini terdapat sungai yang jernih dan terdapat
tempat yang cukup luas untuk mendirikan tenda dengan pemandangan hutan tropis
yang lebat. Menuju shelter IV, jalur semakin curam. Jalur ini berupa tanah
merah. Di beberapa tempat, kamu akan melewati beberapa tempat becek sedalam
dengkul kaki. Pada jalur ini juga pendaki akan melewati dua buah sungai yang
jernih airnya. Untuk pendakian jalur ini sebaiknya mengambil air jernih di sini
karena pada musim kemarau sungai ini menjadi sumber air bersih terakhir.
Sehelter IV
merupakan persimpangan jalan. Ini dinamakan Simpang Bajuri. Untuk menuju ke
Kawah Ratu ambil jalan ke kiri, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunung Salak
ambil jalur ke kanan. Di shelter ini memiliki area yang cukup luas untuk
membangun tenda. Menuju Kawah Ratu Dari Shelter IV diperlukan waktu sekitar 1
jam. Di tempat ini dilarang mendirikan tenda dan dilarang minum air karena
mengandung belerang.
Gunung Salak memiliki banyak puncak di antaranya puncak Salak 1 dengan
ketinggian 2.211 mdpl. Gunung Salak sejak jaman dahulu sudah sering dikunjungi
oleh para pejiarah, dahulu terdapat patung pemujaan di puncak gunung Salak.
Terdapat juga makam Mmbah Gunung Salak yang sering dikunjungi para peziarah.
Di kaki Gunung Salak banyak terdapat tempat-tempat keramat, makam
keramat ada juga pura dengan sebutan Kuil Prabu Siliwangi . Pendakian terbaik
dilakukan pada musim kemarau, karena pada musim penghujan jalur menjadi becek
seperti rawa, licin. Selain itu angin seringkali bertiup kencang.
Mitos Gunung Salak yang
terkenal Mistis tidak terlalu menyeramkan bagi kami saat itu, pemandangan yang
menarik dan pengalaman baru melunturkan ketakutan kami. Tepat tanggal 17
Agustus 2013, kami tak meninggalkan Momment berharga itu. Kami melaksanakan
upacara dengan hikmat dan tak lupa berdoa untuk Indonesia tercinta.. salam Fun
Hiking.