Jakarta - Sudah 5
bulan berlalu sejak rencana normalisasi Waduk Pluit di Jakarta Utara
dicanangkan oleh Gubernur DKI Joko Widodo dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama.
Hujatan, kritik dan gugatan yang pernah dilayangkan warga yang menolak rencana
ini, hilang sudah berganti angin taman yang menyejukkan. Warga kini menyebutnya
angin 'Amsterdam'!
Milah (35), salah seorang warga di Penjaringan, yang mengaku kerap meluangkan waktunya di sore hari bersama tetangganya menikmati suasana Taman Waduk Pluit. Menurutnya taman ini sangat nyaman untuk merefleksikan pikiran dan serasa di luar negeri.
"Di Taman Waduk Pluit itu serasa di Amsterdam," kata Milah (35), di Taman Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (20/11/2013).
Waduk Pluit yang dulu kumuh dan dipenuhi ratusan pemukiman illegal, memang telah berubah menjadi taman yang asri. Waduk Pluit bahkan dinikmati tak hanya oleh kalangan menengah ke bawah, tapi kalangan atas pun kerap hadir menghabiskan waktu.
Namun tak hanya Milah yang menikmati suasana sore di Waduk Pluit. Ada Suhada (33) warga Tanah Pasir, Pluit yang mengaku sangat sering mengunjungi Taman Waduk Pluit. "Di taman itu ramai, suasananya nyaman. Lebih enak di sini daripada jauh-jauh ke Ancol dan Fatahillah. Lagian disini gratis," ujarnya.
Selain Milah dan Suhada, sore tadi di taman Waduk Pluit ada puluhan warga lain yang menikmati senja di tmana Waduk Pluit. Ibu-ibu yang mengasuk anak, remaja yang berkelakar, ataupun pelajar yang baru pulang sekolah.
Penjaga keamanan Taman Waduk Pluit, Maulana (28), menjelaskan Waduk Pluit akan lebih ramai saat hari libu yaitu Sabtu dan Minggu. Taman Waduk Pluit menjadi sangat padat oleh warga yang datang. Saking padatnya, parkiran tersedia tak cukup menampung motor dan mobil.
"Kalau untuk hari biasa selalu ramainya
setiap habis ashar sampai malam, kalau malam soalnya warga sini pada pulang
kerja malam jadi habis pulang pada banyak yang mampir ke waduk dulu," ucap
Maulana.
Sementara salah seorang pedagang layang-layang yang berjualan di Taman Waduk Pluit, Prapto (53), mengatakan berjualan layang-layang di taman sangat menguntungkan. Saat hari biasa, meski hanya berjualan dua jam pukul 16.00-18.00 WIB, ia bisa mendapatkan Rp 50ribu.
Semenara keadaan ramai hari Sabtu dan Minggu, Prapto dapat meraup keuntungan hingga Rp 500 ribu per hari dengan harga satu layangan Rp 5 ribu. "Inisiatif awal jualan karena taman ini sarana yang cocok untuk bermain layang-layang. Selain tempatnya ramai, untuk angin di sini juga kencang," terangnya.
Ayah tiga anak ini menuturkan, meski telah ada larangan bagi pedagang untuk berjualan di jalur pejalan kaki di taman, tak membuatnya kapok. Para pedagang masih tetap berjualan di taman dengan cara asongan.
"Dengan Pak Jokowi kan tidak boleh dagang di trotoar. Jadi ya kita ngasong saja. capek sih, tapi ya mau bagaimana lagi," ujar Prapto.
Taman waduk Pluit itu memang tampak cantik. Selain menyediakan bangku taman, Pemprov DKI juga menyediakan beberapa pohon-pohon besar yang berjejer di pinggiran taman.
Milah (35), salah seorang warga di Penjaringan, yang mengaku kerap meluangkan waktunya di sore hari bersama tetangganya menikmati suasana Taman Waduk Pluit. Menurutnya taman ini sangat nyaman untuk merefleksikan pikiran dan serasa di luar negeri.
"Di Taman Waduk Pluit itu serasa di Amsterdam," kata Milah (35), di Taman Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (20/11/2013).
Waduk Pluit yang dulu kumuh dan dipenuhi ratusan pemukiman illegal, memang telah berubah menjadi taman yang asri. Waduk Pluit bahkan dinikmati tak hanya oleh kalangan menengah ke bawah, tapi kalangan atas pun kerap hadir menghabiskan waktu.
Namun tak hanya Milah yang menikmati suasana sore di Waduk Pluit. Ada Suhada (33) warga Tanah Pasir, Pluit yang mengaku sangat sering mengunjungi Taman Waduk Pluit. "Di taman itu ramai, suasananya nyaman. Lebih enak di sini daripada jauh-jauh ke Ancol dan Fatahillah. Lagian disini gratis," ujarnya.
Selain Milah dan Suhada, sore tadi di taman Waduk Pluit ada puluhan warga lain yang menikmati senja di tmana Waduk Pluit. Ibu-ibu yang mengasuk anak, remaja yang berkelakar, ataupun pelajar yang baru pulang sekolah.
Penjaga keamanan Taman Waduk Pluit, Maulana (28), menjelaskan Waduk Pluit akan lebih ramai saat hari libu yaitu Sabtu dan Minggu. Taman Waduk Pluit menjadi sangat padat oleh warga yang datang. Saking padatnya, parkiran tersedia tak cukup menampung motor dan mobil.
Sementara salah seorang pedagang layang-layang yang berjualan di Taman Waduk Pluit, Prapto (53), mengatakan berjualan layang-layang di taman sangat menguntungkan. Saat hari biasa, meski hanya berjualan dua jam pukul 16.00-18.00 WIB, ia bisa mendapatkan Rp 50ribu.
Semenara keadaan ramai hari Sabtu dan Minggu, Prapto dapat meraup keuntungan hingga Rp 500 ribu per hari dengan harga satu layangan Rp 5 ribu. "Inisiatif awal jualan karena taman ini sarana yang cocok untuk bermain layang-layang. Selain tempatnya ramai, untuk angin di sini juga kencang," terangnya.
Ayah tiga anak ini menuturkan, meski telah ada larangan bagi pedagang untuk berjualan di jalur pejalan kaki di taman, tak membuatnya kapok. Para pedagang masih tetap berjualan di taman dengan cara asongan.
"Dengan Pak Jokowi kan tidak boleh dagang di trotoar. Jadi ya kita ngasong saja. capek sih, tapi ya mau bagaimana lagi," ujar Prapto.
Taman waduk Pluit itu memang tampak cantik. Selain menyediakan bangku taman, Pemprov DKI juga menyediakan beberapa pohon-pohon besar yang berjejer di pinggiran taman.